Intip Alasan Ether Kurang Perform Belakangan Ini!

Akhir-akhir ini performa token dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua, Ether (ETH), berada dalam kondisi kurang baik. ETH hanya naik 6% dari tahun ke tahun dan bertolak belakang dengan harapan para investor. Saat ini, ETH seharusnya diperdagangkan antara US$4 ribu dan US$6 ribu atau sekitar Rp65 juta dan Rp97,5 juta, namun kenyataanya jauh di bawah level tersebut.

Saat artikel ini ditulis, harga ETH adalah US$2.701 atau sekitar Rp43,9 juta, menurut data CoinMarketCap . Nilai tersebut didapatkan Ether setelah mengalami kenaikan 0,62% dalam 24 jam terakhir dan penurunan sebesar 0,57% dalam sepekan terakhir. Dalam satu bulan terakhir, harga Ether telah mengalami penurunan sebanyak 16,3%, menunjukkan performanya yang kurang baik.

Baca juga: Intip Faktor yang akan Naikkan Harga Ethereum!

Tarif Tambahan Trump dan Masalah Bagi Kripto

Menurut investor kripto Armando Pantoja , salah satu peristiwa penting yang membuat Ethereum jatuh adalah pengumuman potensi diberlakukannya tarif tambahan oleh Presiden Donald Trump.

“Ketika pemberitahuan soal tarif keluar, banyak kripto turun, penurunan terbesar adalah Ethereum yang mencapai 30%. Bitcoin turun kurang dari 10%, dan yang lainnya sedikit mundur.”

Baca juga: Bitcoin Turun ke US$95.000, Dipicu Kebijakan Tarif Baja & Aluminium Trump

Hedge Fund yang Lakukan Short Selling

Selain itu, ada juga sejumlah besar short selling yang terjadi di belakang layar, yang mendorong harga lebih rendah.

Laporan terbaru menunjukkan, hedge fund melakukan posisi short terhadap aset tersebut selama enam bulan terakhir. Sebuah upaya terkoordinasi telah mendorong harga ETH turun secara signifikan.

Menurut Pantoja, banyak organisasi berkumpul dan melakukan shorting Ethereum, menekan harga sehingga mereka mendapat keuntungan. Mereka tidak benar-benar percaya bahwa Ethereum adalah teknologi yang lebih rendah, mereka melihat peluang untuk memanipulasi harga.

“Ketika sejumlah besar orang melakukan short pada suatu aset, mereka harus membelinya kembali. Jika harga mulai naik, ini memaksa mereka membeli kembali posisi mereka yang merugi, yang memicu lebih banyak pembelian dan mendorong harga lebih tinggi lagi. Begitulah cara short squeeze terjadi,” kata Pantoja.

Baca juga: Upgrade Pectra Ethereum Masuk Fase Testing

Tidak Semua Hedge Fund, Sih…

Saat beberapa hedge fund bertaruh melawan Ethereum, institusi besar seperti Goldman Sachs justru melakukan hal yang sebaliknya dengan meningkatkan kepemilikan ETF sebanyak 20 kali lipat di Ethereum pada kuartal terakhir.

Ini menunjukkan, lembaga keuangan besar melihat potensi jangka panjang Ethereum dan potensi tekanan jual. Jika ETH mulai naik, penjual short akan dipaksa membeli kembali posisi mereka, sehingga memicu reli yang lebih besar.

Pantoja menguraikan level harga utama yang harus diperhatikan yaitu level support di US$2.200 atau sekitar Rp35,7 juta. “Jika Ethereum jatuh di bawah level ini, kepercayaan dapat melemah lebih jauh.” Sedangkan level resistensi di US$3 ribu atau sekitar Rp48,7 juta. “Menembus level ini dapat memicu reli ke level tinggi dengan sangat cepat.”

Pantoja sendiri tetap bullish pada para hedge fund tersebut. Menurutnya mereka melakukan leverage yang berlebihan pada posisi short karena tidak memahami teknologi dan tidak memahami apa yang terjadi.

“Mereka terlalu bergantung pada sistem keuangan tradisional,” katanya.

Baca juga: Apa itu Hedge Fund di Crypto?