• Ripple menyalurkan donasi pendidikan lewat stablecoin RLUSD ke dua organisasi nirlaba di Amerika Serikat.
  • Donasi mendukung program ruang kelas, tutor nasional, dan literasi keuangan di berbagai wilayah AS.

Ripple lagi-lagi mencuri perhatian. Bukan karena urusan regulasi atau peluncuran produk baru, tapi karena donasi besar yang mereka umumkan untuk dua organisasi pendidikan di Amerika Serikat—DonorsChoose dan Teach For America.

Total dana yang digelontorkan mencapai US$25 juta. Dan yang bikin unik, sebagian besar dana itu dikirim bukan dalam bentuk uang fiat, melainkan dalam stablecoin buatan mereka sendiri, RLUSD . Ini adalah kali pertama kedua lembaga itu menerima donasi dalam bentuk aset digital.

Sebanyak US$15 juta dialokasikan ke DonorsChoose untuk mendukung ribuan proyek ruang kelas di berbagai daerah, sementara US$10 juta lainnya diberikan kepada Teach For America guna memperkuat program tutor nasional. Donasi ini bakal disalurkan sepanjang tahun 2025 dengan bantuan dari platform The Giving Block.

Yang menarik, seluruh pengumuman ini muncul bertepatan dengan Pekan Apresiasi Guru di AS—momen yang pas untuk mendorong dukungan nyata terhadap pendidikan.

Bukan Cuma Donasi, Ripple Juga Lagi Sibuk di Banyak Sektor

Di sisi lain, Ripple memang tidak sedang duduk santai. Pada kuartal pertama tahun ini, mereka baru saja merampungkan akuisisi Hidden Road , perusahaan layanan keuangan yang akan mengintegrasikan stablecoin RLUSD ke dalam produk investasinya. Nilai akuisisinya? US$1,25 miliar. Coba bayangkan, angka sebesar itu hanya untuk memperluas ekosistem stablecoin dan membenamkan XRP Ledger dalam sistem mereka.

Belum cukup sampai di situ, Ripple juga mengonfirmasi tidak akan melantai di bursa pada tahun 2025. Berdasarkan laporan CNF , hal ini telah diutarakan langsung oleh Presiden Ripple, Monica Long. Menurutnya, kondisi keuangan Ripple sudah cukup kuat, jadi mereka tak butuh modal tambahan dari pasar publik.

Mungkin ini jadi kabar baik buat komunitas mereka, karena artinya fokus tetap pada pengembangan teknologi, bukan sekadar aksi korporasi.

Lebih lanjut lagi, Ripple baru saja menyelesaikan perseteruan panjang dengan SEC. Pada 25 Maret 2025, perusahaan ini mencapai kesepakatan hukum untuk membayar denda sebesar US$50 juta—jauh lebih kecil dibanding tuntutan awal yang mencapai US$125 juta. Kesepakatan ini jadi angin segar, terutama buat pengguna dan investor XRP yang selama ini dihantui ketidakpastian hukum.

Minat Investor Institusional Naik

Bukan cuma donasi dan akuisisi, minat institusi terhadap XRP juga mulai meningkat. Bahkan, CME Group sudah bersiap meluncurkan kontrak berjangka XRP yang diselesaikan secara tunai pada 19 Mei 2025—tentu saja masih menunggu restu regulator. Langkah ini bikin XRP mulai naik kelas, tak hanya jadi token transaksi tapi juga jadi instrumen derivatif seperti halnya Bitcoin dan Ethereum.

Ripple pun merespons hal ini dengan memperluas cakupan laporan pasar XRP mulai kuartal ketiga 2025. Laporan terakhir menunjukkan arus masuk ke produk investasi berbasis XRP mencapai US$37,7 juta—angka yang nyaris menyamai dana serupa untuk Ethereum. Mungkin ini juga yang jadi alasan kenapa mereka makin gencar dorong pemakaian RLUSD untuk keperluan nyata, bukan cuma jadi koleksi dompet digital.

Bukan cuma itu, penggunaan stablecoin untuk donasi ini bisa jadi contoh menarik buat organisasi lain. Kalau biasanya sumbangan pendidikan disalurkan lewat cara tradisional, kini bisa lebih cepat dan efisien lewat jaringan blockchain. Gimana nggak? Kirimannya bisa real-time, transparan, dan minim biaya.

Sementara itu, pada saat artikel ini disusun, XRP diperdagangkan di kisaran US$2,08, merosot 2,75% dalam 24 jam terakhir. Performa ini membawa kapitalisasi pasarnya merosot di bawah US$125 miliar.