• Gemini menuduh CFTC sengaja memakai hukum sebagai senjata untuk menekan mereka selama tujuh tahun.
  • Setelah penyelidikan SEC selesai, Gemini langsung bergerak ke IPO dan ekspansi lisensi di Eropa.

Gemini akhirnya angkat bicara, dan kali ini bukan dalam posisi bertahan. Dalam dokumen yang baru diajukan, mereka secara terbuka menuduh Divisi Penegakan Hukum CFTC telah menggunakan taktik “lawfare” terhadap mereka.

Selama tujuh tahun terakhir, menurut Gemini, regulator tersebut bukan cuma menjalankan fungsinya sebagai pengawas, tapi malah bertindak seolah punya misi pribadi. Tuduhan ini mengarah pada dugaan bahwa CFTC memanfaatkan hukum sebagai senjata untuk melemahkan posisi Gemini di industri kripto.

🚨NEW: Gemini has filed a scathing complaint against the @CFTC Enforcement Division, accusing it of waging a 7-year campaign of “lawfare” against the crypto exchange.

Instead of going after real wrongdoers, Gemini says, the CFTC sued the exchange and relied on testimony from a… pic.twitter.com/ABWKaaH0j9

— Eleanor Terrett (@EleanorTerrett) June 17, 2025

Setelah Damai, Kini Gemini Balik Menyerang

Yang membuat situasi ini semakin menarik, tudingan ini muncul tak lama setelah Gemini menyelesaikan kasus hukum dengan CFTC dengan membayar denda sebesar US$5 juta. Saat itu, perusahaan milik si kembar Winklevoss itu memilih jalan damai tanpa mengakui kesalahan apa pun. Tapi sepertinya, penyelesaian itu justru membuka jalan bagi Gemini untuk balik menekan regulator.

Mereka menyebut bahwa selama proses panjang tersebut, CFTC sering memutarbalikkan narasi, menggunakan kesaksian yang lemah, dan terus memperpanjang litigasi seolah sengaja ingin menjatuhkan mereka. Kalau diibaratkan, ini seperti main catur, tapi salah satu pemainnya memakai aturan sendiri sambil diam-diam mengganti pion lawan.

Antara Sorotan Malta dan Gebrakan Bursa Saham

Namun demikian, meskipun tengah bergulat dengan regulator di Amerika Serikat, langkah ekspansi Gemini di Eropa justru terlihat makin agresif. Menurut laporan dari CNF , Gemini saat ini sedang mempercepat proses lisensi di bawah aturan MiCA agar bisa mengakses pasar Uni Eropa secara menyeluruh. Bersama Coinbase , mereka bergerak cepat karena tahu bahwa pasar Eropa punya potensi besar.

Tapi bukan tanpa hambatan. Beberapa regulator setempat mulai menyoroti Malta yang dianggap terlalu mudah memberi lampu hijau terhadap lisensi-lisensi baru, termasuk yang diajukan oleh Gemini. Kesan bahwa Malta jadi “jalan tol” bagi proyek kripto tentu saja memancing skeptisisme, apalagi di tengah makin ketatnya pengawasan kripto secara global.

Di sisi lain, gebrakan Gemini tidak berhenti di sana. Pada 6 Juni lalu, mereka secara diam-diam mengajukan dokumen IPO ke SEC. Ya, diam-diam. Belum ada pengumuman besar-besaran, tapi langkah ini menjadikan Gemini sebagai perusahaan kripto keempat tahun ini yang bersiap go public di bursa AS. Mereka bahkan sudah menunjuk Goldman Sachs dan Citigroup sebagai penasihat keuangan. Niatnya serius.

Lebih lanjut lagi, pengajuan IPO ini muncul setelah SEC menghentikan penyelidikannya terhadap Gemini tanpa mengambil tindakan apa pun. Jadi setelah lepas dari satu tekanan, mereka langsung tancap gas ke pasar modal. Momentum ini terasa seperti momen “oke, cukup main defensif, sekarang giliran kita nyerang”.

Bukan cuma itu, upaya ini juga menandai bagaimana Gemini ingin tetap relevan di tengah persaingan yang makin ketat. Dengan Coinbase yang sudah lebih dulu melantai di bursa, langkah Gemini bisa jadi strategi jangka panjang agar tidak terus-terusan dibandingkan sebagai “saudara kecil” di sektor bursa kripto.

Kini, bola panas ada di tangan CFTC. Apakah mereka akan menanggapi tudingan lawfare ini, atau justru membiarkan publik menilai sendiri bagaimana regulator memperlakukan pelaku industri kripto selama ini? Yang jelas, satu hal makin terlihat: Gemini tidak sedang main aman.