- Pakistan dan El Salvador menandatangani LoI untuk mendorong adopsi Bitcoin di sektor publik dan inklusi keuangan.
- Kerja sama ini juga mencakup penyusunan kebijakan kripto untuk negara berkembang berdasarkan pengalaman El Salvador.
Pakistan kelihatan makin serius menjadikan Bitcoin sebagai bagian dari masa depannya. Bukan sekadar omong kosong di meja rapat, langkah barunya kali ini terlihat nyata.
Bilal Bin Saqib, CEO Pakistan Crypto Council (PCC), telah terbang langsung ke San Salvador untuk bertemu dengan Presiden Nayib Bukele. Hasilnya? Sebuah Letter of Intent (LoI) ditandatangani, menandai kerja sama resmi antara kedua negara dalam adopsi Bitcoin di sektor publik, pengembangan inklusi keuangan, sampai urusan kebijakan blockchain.
Just met one of the most extraordinary visionary leaders of our time, President of El Salvador, @nayibbukele
A head of state who doesn’t just talk tech, but challenges it, from AI and robotics to Bitcoin.
He’s a leader from the future, who saw the future first because when it… pic.twitter.com/QpS6vVnTxv
— Bilal bin Saqib MBE (@Bilalbinsaqib) July 16, 2025
Belajar dari El Salvador, Pakistan Siap Tempuh Jalur Berani
Bagi El Salvador, ini bukan hal baru. Mereka sudah jadi pelopor sejak 2021 ketika menjadikan Bitcoin sebagai alat pembayaran sah. Tapi untuk Pakistan, ini langkah yang cukup berani. Negara itu masih bergulat dengan IMF dan kondisi ekonomi yang labil.
Tapi justru dalam situasi seperti inilah—saat banyak negara memilih main aman—Pakistan tampil beda. Bilal menyebut bahwa kerja sama ini bukan hanya soal inspirasi, tapi tentang “mengambil pelajaran dari yang sudah lebih dulu jalan di depan.”
Di sisi lain, Pakistan Crypto Council sendiri telah dibentuk pada Maret lalu , seperti yang telah kami laporkan. Langkah ini diambil setelah IMF menyarankan agar negara tersebut memperkuat sistem perpajakannya, khususnya dari sektor digital.
PCC sendiri punya tugas besar: menyusun regulasi, kerja bareng pelaku industri blockchain, sekaligus menjaga stabilitas ekonomi. Ya, berat sih, tapi kalau berhasil, efek jangka panjangnya bisa sangat terasa—nggak cuma buat pasar kripto, tapi juga buat sektor finansial secara keseluruhan.
Masuknya CZ dan Strategi yang Makin Ambisius
Lebih lanjut lagi, awal April lalu pemerintah Pakistan bikin kejutan lain: menunjuk Changpeng Zhao alias CZ sebagai penasihat strategis. CZ dikenal sebagai pendiri Binance, bursa kripto raksasa yang punya jangkauan global. Tapi, kehadiran CZ juga membawa satu paket pertanyaan. Apakah ini bentuk sinyal keterbukaan? Atau justru taruhan besar dengan risiko soal transparansi dan potensi konflik kepentingan?
Yang jelas, pertemuan Bilal dan Bukele bukan hanya simbolik. Mereka membahas banyak hal praktis: dari pengelolaan cadangan BTC hingga cara memanfaatkan infrastruktur publik berbasis blockchain.
Pakistan bahkan dikabarkan ingin mengintegrasikan Bitcoin ke dalam cadangan negaranya, mirip seperti yang dilakukan El Salvador . Kalau ini benar terjadi, artinya Pakistan akan bergabung dengan kelompok negara yang mulai mendesain ulang cadangan devisa—bukan cuma dolar dan emas, tapi juga Bitcoin.
Bukan cuma itu, Pakistan juga sudah menyiapkan lahan 2.000 megawatt untuk tambang Bitcoin dan pusat data AI. Energi sebanyak itu bukan angka kecil, apalagi jika tujuannya bukan sekadar tambang, tapi sebagai fondasi ekosistem digital yang bisa dipakai pemerintah, swasta, bahkan masyarakat luas.
Namun demikian, langkah Pakistan ini tetap menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengamat. IMF misalnya, sudah melontarkan kekhawatiran soal subsidi energi yang mungkin akan dikorbankan demi tambang Bitcoin. Tapi, buat pemerintah Pakistan, ini dianggap risiko yang wajar—asal dikelola dengan benar.
Kalau dilihat dari luar, mungkin semua ini terlihat nekat. Tapi dalam dunia kripto, kadang justru keberanian seperti inilah yang membuka peluang baru. Pakistan sedang mencoba jalur yang belum banyak ditempuh negara berkembang lain.