retest: Panduan Praktis
Retest (Analisis Teknikal pada Saham & Aset Kripto)
Perkenalan singkat: Dalam pasar keuangan, istilah retest merujuk pada fenomena ketika harga kembali menyentuh atau mendekati level yang baru saja ditembus (breakout) atau level support/resistance sebelum melanjutkan arah pergerakan. Artikel ini akan membahas retest untuk saham AS dan aset kripto, termasuk alasan terjadinya, cara membedakannya dari pullback atau rejection, sinyal validasi, strategi trading yang umum, serta perbedaan penerapan pada pasar kripto versus saham. Pembaca akan mendapatkan panduan praktis untuk mengenali dan menguji retest secara sistematis.
Catatan data masa kini: Per 19 Desember 2025, menurut analisis ChartNerd, struktur harga XRP menunjukkan fase retest ke level support/resistance setelah aksi likuidasi Oktober 2025. Per 15 Juni 2025, menurut TimesTabloid, XRP kemungkinan akan menguji zona likuiditas lebih dalam sebelum bergerak naik. Juga, per 15 Desember 2025, data Santiment/TradingView menunjukkan lonjakan pembuatan wallet baru di jaringan Ethereum: 197,380 wallet (2 Desember) dan 195,460 wallet (15 Desember). Data volume juga terukur: untuk XRP tercatat penurunan volume 42% menjadi sekitar $2.8 miliar (sumber: CoinMarketCap) pada periode yang dilaporkan.
Definisi dan Konsep Dasar
Retest adalah pengujian ulang oleh harga pada level yang baru saja ditembus atau pada level support/resistance penting. Secara operasional, retest terjadi setelah breakout: harga menembus level tertentu lalu kembali ke level itu untuk menguji validitasnya. Tujuan analitis retest antara lain:
- Konfirmasi breakout: Menilai apakah breakout asli memiliki cukup konfirmasi dan likuiditas untuk berlanjut.
- Validasi level: Mengonfirmasi bahwa level resistance yang ditembus berubah fungsi menjadi support (atau sebaliknya).
- Menyediakan titik entri yang lebih baik: Banyak trader mengambil posisi saat retest dengan manajemen risiko yang jelas.
Perlu dicatat bahwa tidak semua kembali ke level adalah retest — ada nuansa penting untuk membedakan retest dari konsep serupa.
Perbedaan: Retest vs Pullback vs Rejection
-
Retest: Harga menembus level (breakout) lalu kembali menguji level itu. Contoh klasik: Harga menembus resistance 100, turun kembali ke 100, lalu rebound. Retest biasanya mengikuti breakout terlebih dahulu.
-
Pullback (atau retracement): Koreksi sementara terhadap tren yang sedang berjalan tanpa adanya breakout pada level kunci sebelumnya. Pullback terjadi dalam struktur tren: harga naik, kemudian turun sedikit (pullback), lalu melanjutkan kenaikan.
-
Rejection: Penolakan harga pada level tertentu tanpa adanya konfirmasi breakout sebelumnya. Rejection terjadi ketika harga mencoba menembus tetapi segera dipaksa turun (atau naik) dari level itu. Rejection menghasilkan sinyal bahwa level tersebut kuat.
Cara membedakan di grafik:
- Lihat kronologi harga: apakah ada breakout sebelum kembali? Jika ya, kemungkinan retest.
- Perhatikan volume: breakout diikuti retest yang didukung volume relatif kuat cenderung valid.
- Amati candle konfirmasi: wick kecil pada retest dengan candle pembalikan menunjukkan dukungan.
Mekanisme dan Psikologi Pasar di Balik Retest
Retest tidak terjadi secara kebetulan — ada mekanisme pasar dan alasan psikologis:
- Likuiditas dan order flow: Ketika breakout terjadi, ada area order yang tertinggal di level sebelumnya (mis. stop order dan limit order). Harga sering kembali untuk 'mengambil' likuiditas tersebut.
- Stop-hunting: Pemain besar kadang mendorong harga kembali untuk mengeksekusi stop loss ritel, memobilisasi likuiditas, lalu meneruskan arah baru.
- Konfirmasi oleh pelaku pasar: Banyak trader institusional atau algoritma enggan memasuki posisi saat breakout pertama tanpa verifikasi; retest memberi kesempatan konfirmasi.
- Kepastian psikologis: Retest membantu mengubah persepsi pasar—resistance yang ditembus menjadi support dapat meyakinkan peserta pasar bahwa struktur berubah.
Implikasi jangka pendek: retest sering menyebabkan volatilitas singkat, pembentukan wick, dan perubahan rasio bid-ask. Pemahaman mekanisme ini penting untuk menempatkan entri dan stop yang tepat.
Jenis-Jenis Retest
Retest setelah Breakout (Breakout-Retest)
Skenario klasik: harga menembus resistance, kemudian kembali turun untuk menguji level tersebut sebagai support. Jika support baru bertahan dan ada konfirmasi (mis. candle bullish, volume naik relatif), retest dianggap valid dan harga cenderung melanjutkan tren naik.
Contoh praktis: setelah harga XRP menembus level $1.80 pada periode tertentu, harga kembali menguji zona itu sebelum melanjutkan kenaikan — itulah pola breakout-retest.
Retest Support/Resistance Flip
Fenomena support menjadi resistance (atau sebaliknya) yang sering ditemui. Ketika support pecah, harga terkadang retest area itu dari bawah; jika area menolak harga naik, itu menandakan flip menjadi resistance. Kebalikan berlaku saat resistance ditembus.
Retest Trendline dan Channel
Trendline naik atau turun dan batas channel juga diuji ulang. Harga bisa menembus trendline dan kembali menguji garis tersebut. Pada trendline naik, retest yang valid sering disertai bounce dengan candle bullish dan konfirmasi volume, sedangkan pelanggaran setelah retest mengindikasikan perubahan struktur.
Retest pada Moving Average / VWAP
Moving average (MA) atau VWAP berfungsi sebagai level dinamis. Harga sering kembali ke MA (mis. MA50, MA200) atau VWAP intraday sebagai bentuk retest. Trader sering menggunakan retest ke MA sebagai titik entri, terutama bila MA berfungsi sebagai support/resistance dinamis.
Retest Gap dan Harga setelah Berita
Gap harga—misalnya setelah rilis berita—menciptakan area kosong pada grafik. Harga sering kembali menguji area gap (fill the gap) sebagai bentuk retest untuk menguji likuiditas dan mengisi wicks yang belum terisi. Dalam kasus Pi Coin pada testnet, retest neckline setelah pola double-top adalah contoh retest setelah aksi berita/produk.
False Retest / False Breakout
Tidak semua retest valid. False retest atau false breakout terjadi ketika harga tampak mengonfirmasi tetapi segera berbalik. Ciri-ciri false retest:
- Breakout awal dengan volume rendah.
- Retest tanpa konfirmasi candle atau volume.
- Aksi pasar cepat berlawanan (whipsaw).
Mengantisipasi false retest penting untuk manajemen risiko.
Sinyal Konfirmasi untuk Retest
Beberapa indikator dan sinyal yang sering dipakai untuk menilai validitas retest:
- Volume: Volume yang meningkat saat breakout dan minimal tidak menurun drastis saat retest memberikan konfirmasi. Jika breakout terjadi dengan volume tinggi dan retest menunjukkan volume penyerapan (volume relatif), itu menguatkan validitas.
- Pola candlestick konfirmasi: Hammer, bullish engulfing, atau pin bar pada retest area sering menjadi sinyal pembalikan/konfirmasi.
- Indikator momentum: RSI atau MACD yang menunjukkan divergence positif pada retest dapat mendukung ekspektasi kelanjutan tren. MACD yang mulai berbelok dan SRSI yang kompresi menandakan akumulasi energi.
- OBV (On-Balance Volume): OBV yang stabil atau naik saat retest bisa menandakan akumulasi.
- Konfirmasi order flow / VWAP: Alat yang memonitor order flow atau VWAP intraday membantu memastikan bahwa institusi menyerap likuiditas saat retest.
Gabungan sinyal ini lebih kuat daripada mengandalkan satu indikator.
Strategi Trading pada Retest
Pendekatan umum untuk trading retest meliputi entri agresif atau konservatif, penempatan stop-loss yang logis, dan penentuan target berdasarkan risk/reward.
- Entri agresif: Masuk segera saat harga menyentuh level yang diuji, cocok untuk trader berpengalaman dengan toleransi risiko lebih tinggi.
- Entri konservatif: Tunggu candle konfirmasi (mis. close di atas support baru) dan volume pendukung sebelum masuk.
- Stop-loss: Biasanya ditempatkan sedikit di bawah level support pada retest (untuk long), atau sedikit di atas level resistance (untuk short). Jaga stop agar tidak terlalu sempit untuk menghindari penjebakan volatilitas.
- Target: Tentukan target berdasarkan rasio risk/reward (mis. minimal 1:2 atau 1:3) atau level resistance berikutnya.
- Penyesuaian timeframe: Pada timeframe lebih rendah, false retest lebih sering; pada timeframe lebih tinggi, sinyal lebih andal tetapi memberi entri terlambat.
Contoh Strategi Konservatif
- Identifikasi breakout level pada timeframe H4 atau daily.
- Tunggu retest dan candle bullish konfirmasi (tutup di atas level).
- Lihat volume: harus setidaknya 50% atau lebih dari volume breakout (relatif).
- Masuk long setelah candle konfirmasi ditutup.
- Stop-loss: beberapa ATR di bawah level retest.
- Target: resistance berikutnya atau rasio risiko 1:2.
Contoh Strategi Agresif
- Setelah breakout terlihat, bersiap masuk saat harga menyentuh level support baru tanpa menunggu penutupan candle.
- Gunakan stop-loss lebih longgar (mis. di bawah swing low terakhir).
- Manfaatkan ukuran posisi lebih kecil untuk membatasi risiko.
- Cocok untuk trader berpengalaman yang dapat memantau posisi secara aktif.
Perbedaan Praktis antara Pasar Kripto dan Saham AS
Beberapa faktor yang mempengaruhi penerapan strategi retest berbeda antara kripto dan saham AS:
- Likuiditas: Banyak altcoin memiliki likuiditas rendah sehingga retest bisa menghasilkan slippage besar dan wick ekstrem. Saham AS likuid biasanya lebih stabil pada level high-cap.
- Volatilitas 24/7: Aset kripto diperdagangkan 24/7, sehingga retest dapat terjadi di luar jam kerja tradisional, memerlukan manajemen posisi lebih aktif. Saham AS memiliki jam perdagangan terbatas, sehingga peristiwa setelah jam perdagangan (after-hours) perlu diperhitungkan.
- Market makers dan struktur pasar: Saham AS sering dilindungi oleh market makers dan aturan bursa; kripto lebih terdesentralisasi dan rentan manipulasi di pair dengan likuiditas rendah.
- Slippage dan biaya: Spread dan biaya eksekusi di kripto bisa lebih tinggi untuk pasangan likuiditas rendah.
- Leverage: Bursa kripto cenderung menawarkan leverage lebih tinggi; ini meningkatkan risiko saat retest gagal (whipsaw).
Karena itu, adaptasi strategi retest antara kedua pasar diperlukan.
Manajemen Risiko terkait Retest
Risiko utama:
- False breakouts dan whipsaw: Retest yang tampak valid bisa berubah menjadi jebakan.
- Slippage saat likuiditas rendah: Eksekusi stop dapat terjadi pada harga jauh dari level yang diharapkan.
- Peristiwa berita mendadak: Rilis berita dapat mengubah struktur harga sebelum konfirmasi retest.
Rekomendasi risiko:
- Pos sizing: Batasi eksposur per trade (mis. 1–2% modal per trade).
- Gunakan stop-loss dan patuhi stop tersebut.
- Uji strategi pada akun demo atau ukuran kecil terlebih dahulu.
- Jangan overleverage: leverage tinggi memperbesar dampak kegagalan retest.
Kelemahan dan Potensi Kesalahan
Analisis retest memiliki keterbatasan:
- Sinyal palsu: Terutama di timeframe rendah dan pasar volatil.
- Overfitting pada timeframe kecil: Strategi yang bekerja di 5-menit bisa gagal di daily.
- Interpretasi volume yang salah: Volume absolut tidak selalu signifikan; bandingkan relatif terhadap rata-rata.
- Kondisi pasar yang tidak kondusif: Berita besar atau manipulasi pasar dapat membuat retest tidak relevan.
Trader harus sadar batasan ini dan menggabungkan konfirmasi multi-indikator.
Backtesting, Evaluasi Performansi dan Metrik
Backtesting sangat penting untuk mengukur keandalan strategi retest:
- Periode uji: Gunakan beberapa siklus pasar (bull, bear, range) agar hasil representatif.
- Sample size: Minimal ratusan trade idealnya untuk statistik yang signifikan.
- Metrik evaluasi:
- Win rate: Persentase trade menang.
- Expectancy: Rata-rata keuntungan per trade (memperhitungkan rasio R:R).
- Maksimum drawdown: Menilai risiko buruk dalam periode buruk.
- Sharpe ratio atau metrik risiko-teradjust.
- Adaptasi ke kondisi nyata: Tambahkan slippage dan biaya transaksi ke hasil backtest agar lebih realistis.
Contoh praktik: jika backtest menunjukkan win rate 45% dengan average R:R 1:2, expectancy positif dapat membuat strategi layak.
Contoh Kasus & Ilustrasi Praktis
Berikut beberapa skenario hipotetis untuk mengilustrasikan retest:
-
XRP — Retest setelah likuidasi: Per 19 Desember 2025, menurut ChartNerd, XRP mengalami fase descending triangle, liquidation, lalu retest zona support/resistance. Skenario: breakout valid diikuti retest ke $1.80 sebelum meneruskan kenaikan. Indikator: MACD mulai mengarah naik, SRSI compress, menandakan potensi kelanjutan.
-
SOL — Retest bottom range: Dalam berita terkait, SOL menguji support sekitar $123 setelah penurunan. Retest area ini menentukan apakah range bottom masih berlaku. Dalam contoh ini, retest valid memberikan pemantulan ke resistance range; retest gagal berpotensi memicu breakdown lebih lanjut.
-
ETH — Retest amid on-chain growth: Per data Santiment/TradingView (Desember 2025), Ethereum menunjukkan lonjakan pembuatan wallet sementara harga sideways. Retest pada zona $2,860–$2,900 yang bertahan beberapa kali menunjukkan support yang diuji ulang.
-
Pi Coin — Retest neckline: Pi Network menunjukkan pola double-top dengan neckline di $0.2106, retest neckline terlihat setelah penurunan. Jika retest gagal menahan, kemungkinan lanjutan downtrend; jika retest valid, mungkin bounce sementara.
Sumber visual: materi video edukasi tentang breakout & retest dan platform charting seperti TradingView membantu melihat pola ini secara grafis.
Best Practices untuk Trader
Ringkasan rekomendasi:
- Tunggu konfirmasi: Jangan masuk hanya karena harga menyentuh level; cari candle konfirmasi.
- Sesuaikan timeframe: Gunakan multi-timeframe untuk melihat konteks (daily untuk arah utama, H4/H1 untuk entri).
- Perhatikan volume: Volume mendukung validitas breakout dan retest.
- Hindari overleverage: Leverage tinggi meningkatkan risiko kegagalan retest.
- Manajemen risiko jelas: Pos sizing, stop-loss, dan rencana keluar.
Tip tambahan: gunakan Bitget untuk eksekusi perdagangan karena platform menyediakan alat charting, order types, dan Bitget Wallet untuk manajemen aset — cocok bila Anda ingin bereksperimen dengan strategi retest di lingkungan terintegrasi.
Istilah Terkait dan Bacaan Lanjut
Istilah terkait:
- Breakout
- Support
- Resistance
- Pullback
- Gap
- Wick hunting
- Liquidity pool
Bacaan lanjut yang direkomendasikan:
- Buku-buku dasar analisis teknikal (mis. karya klasik tentang chart patterns)
- Artikel dan video tutorial tentang breakout & retest
- Materi on-chain analytics (Santiment, Glassnode) untuk kontekstualisasi kripto
Referensi
- Per 19 Desember 2025, menurut ChartNerd (tweet publik), analisis technical menyatakan struktur XRP pasca-ATH melibatkan descending triangle, liquidation Oktober, dan retest zona S/R.
- Per 15 Juni 2025, menurut TimesTabloid, laporan menyebut kemungkinan sweep likuiditas XRP ke bawah $1.80 untuk mengisi wicks Oktober/April.
- Per 15 Desember 2025, menurut Santiment/TradingView, Ethereum menunjukkan lonjakan pembuatan wallet (197,380 pada 2 Desember; 195,460 pada 15 Desember).
- Data volume XRP: penurunan 42% menjadi sekitar $2.8 miliar tercatat menurut CoinMarketCap pada periode laporan.
- Laporan perkembangan Pi Network tentang DEX/AMM testnet dan kenaikan harga token diuraikan dalam blog tim pengembang (laporan publik proyek).
Catatan: semua data di atas bersifat informatif dan diambil dari bahan analisis publik yang tersedia per tanggal tersebut. Artikel ini tidak memberikan nasihat investasi; pembaca disarankan untuk melakukan riset independen.
Temukan lebih banyak panduan trading dan edukasi teknikal di Bitget Wiki. Jika ingin mencoba eksekusi strategi retest dengan alat yang mendukung charting, order advanced, dan integrasi dompet, pertimbangkan untuk menjelajahi fitur Bitget dan Bitget Wallet untuk manajemen aset yang lebih terintegrasi.
Terakhir, praktik terbaik adalah menguji strategi retest lewat backtesting sebelum menerapkannya dengan modal riil. Pelajari data on-chain, volume, dan struktur timeframe lebih tinggi agar keputusan perdagangan lebih terinformasi.
Ajakan: Pelajari lebih lanjut tentang strategi breakout & retest di Bitget Wiki dan coba fitur charting Bitget untuk menguji ide Anda secara praktis.























